Kembali Mengajar TPA Sendai

Alhamdulillah, Allah memberikan kesempatan lagi kepada saya untuk mengajar TPA Sendai. Bagi saya, mengajar TPA adalah salah satu rejeki. Rejeki mengenalkan Allah dan Islam kepada anak-anak. 🙂 Beberapa tahun yang lalu, saya sempat mengajar TPA Sendai. Beberapa cerita tentang itu ada di blog ini, sekitar tulisan di tahun 2011. Saat itu anak-anak dari berbagai usia dan banyak, mayoritas dari Indonesia dan ada beberapa dari Mesir. Saya jatuh cinta kepada mereka! Mengajar sendirian dan banyak anak rasanya nggak capek, sepekan 3 kali, masyaaAllah… Mereka bersemangat, saya pun juga! Allah lah yang memudahkan semuanya. 🙂 Oya, salah satu curhatan anak-anak yang bikin meleleh ada di sini. Terharu saat membacanya dan kembali mengingat hal tersebut. 🙂 

Sekarang mereka sudah kembali ke Indonesia, sudah remaja! MasyaaAllah… Waktu berlalu sangat cepat, para gadis cilik itu sekarang sudah mengenakan kerudung dan beberapa anak laki-laki bersekolah di pondok pesantren penghapal Quran. Semoga Allah merahmati kalian! Saya ingat bagaimana mereka bersemangat datang ke TPA meski sedang cuaca panas maupun salju tebal. Duuh… Melo! Malam-malam begini teringat anak-anak saat 6 tahun yang lalu. 🙂 Beberapa di antaranya masih sering telponan dengan saya. Alhamdulillah masih ingat tante Tyas. *hepiii* hihihi….

TPA Sendai Saat Ini

Kesempatan kembali mengajar tidak saya sia-siakan, ini rejeki dari Allah. Alhamdulillah saat ini TPA Sendai memiliki beberapa guru, beberapa kelas sesuai tingkatan usia, dan murid dari Indonesia dan Malaysia. Kami biasa dipanggil cikgu (sebutan guru dalam bahasa Malaysia). Tiga kali dalam sepekan, dengan berbagai jadwal kegiatan yang sangat menyenangkan! Setiap kelas diampu oleh 2 cikgu. Dulu saya belum memiliki anak, stamina masih muda saat itu, ngajar sendiri jadi nggak ada masalah. 😀 Kalo sekarang, huohuoo… Stamina sudah turun, makin sepuh, plus bawa anak sendiri dua orang; jadi tak sanggup lagi untuk mengajar sendirian! ahahaha :)) Gapapa lah ya, meski makin tua tapi tetap berjiwa muda! *prinsip* :))

Ada tiga kelas di sana. Kelas 1 (anak-anak balita), kelas 2 (anak-anak TK dan SD awal), dan kelas 3 (anak-anak SD yang besar). Saya ngajar kelas 3 dengan bu Pita. Kami biasa mengumpulkan materi ajar setiap pekan, sesuai dengan tema utama yng sudah ditentukan setiap bulannya.

Nah, kemarin ada materi tentang adab pergaulan lawan jenis dalam Islam. Saya berusaha menyampaikannya dengan bahasa anak-anak SD. Pikir saya saat itu, mungkin mereka belum mengenal istilah-istilah orang dewasa. Ternyata…

Saat saya tanya, ada yang tahu pacaran?

Jawabannya: Semua murid tahu! 😀

Ini jawaban di luar prediksi saya. Hihihi… Soalnya jaman saya SD dulu (seusia mereka), kami belum paham apa itu pacaran. Pahamnya makan ciki, ngumpulin taxos, maen lompat tali pake karet gelang, maen congklak/dakon, bola bekel, dan segala permainan ala generasi 90an. :)) Ternyata jaman berkembang sangat pesat, jaman sekarang anak-anaknya beda banget dengan jaman saya. Ya iya laaahhh…. Saya generasi jadul! 😀 Informasi berkembang sangat pesat, pengetahuan anak jauh lebih baik daripada jaman dulu. Tentu ini seperti dua mata pisau, ada sisi positif dan negatifnya.

Kembali lagi ke materi TPA, dengan adanya informasi tersebut. Kosa kata pacaran tidak lagi tabu seperti di jaman saya SD. Keuntungannya, kami menjadi lebih mudah menjelaskan tentang hal ini. 🙂

image

Adab pergaulan lawan jenis.

image

image

Menariknya, setelah anak-anak mendapat penjelasan bahwa laki-laki dan perempuan yang bukan mahram tidak boleh bersentuhan, saat itu anak-anak yang bisa dorong-dorongan bercanda antara laki dan perempuan menjadi menahan diri untuk tidak menyentuh temannya. 😀

Kan bukan mahraaaam!! gitu katanya. :))

Saat pamitan akan pulang, biasanya pada salaman pegang tangan ke cikgu-cikgu mereka; sekarang salaman ala orang Sunda yaitu merapatkan kedua tanganya ke dada dan tidak bersentuhan dengan tangan lawan jenis. Hihihi… MasyaaAllah! Kami bahagia melihatnya. Ketika mereka mendapatkan ilmu baru, mereka langsung mempraktekkannya. 🙂

Sungguh jika kepala seorang laki-laki ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada dia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya. HR ath-Thabarani.


Semoga kita dapat belajar dari anak-anak, ketika menerima suatu ilmu dari agama langsung bergegas melaksanakannya. 🙂

Salam cikgu TPA Sendai,

-RN-

Leave a comment