Wanita Panggilan: Ibu Panggilan

Sendai, 13 Juli 2018

Pagi ini Sendai sedang hujan deras. Cuaca memang sedang tidak bersahabat, kadang super panas. Kemudian mendadak suhu drop dan hujan deras beberapa hari. Balik lagi mendadak panas, lantas tiba-tiba sorenya hujan. Prediksi cuaca di tenki.jp sekarang banyak meleset, padahal dulu 99 persen akurat. Sendai sedang proses pancaroba yang belum berakhir. Banyak yang tumbang sakit melewati musim ini. Terutama anak-anak. 😦 Dari klinik, ke klinik. Pokoknya sabar. Semalaman anak lakik demam, harus terus dijaga. Anak yang lain masih dalam pemulihan. Pekan-pekan dalam bulan ini rasanya seperti marathon, makin banyak begadang.

img_0375

Namanya juga ibu-ibu, baru merem bentar, sudah ada yang minta ini. Kadang meminta yang lagi nggak ada di rumah. Fiuuhh… tarik napas sedalam-dalamnya, jangan lupa senyum dan rendahkan suara saar menjawab. Meski setelahnya pasti ada rengekan atau tangisan, tetap bersabarlah wahai Ibu. Baru ke WC, sudah dipanggil-panggil; mau mandi shower-an pake air hangat biar rileks, sudah ada yang ketok-ketok; dan sebagainya. Pokoknya on call 24 jam. Menerima panggilan kapan saja dan di mana saja. Sedang masak pun, sudah ada yang memanggil-manggil minta dilayani hal lain atau minta ibunya duduk-duduk saja agar dia bisa tiduran di pangkuan. Ibu nggak boleh ke mana-mana. Njur pripun? Ibumu bukan ndoro ayu, Cah Bagus… Yang tinggal duduk manis, sudah ada rewang yang melayani. 😀

Rasanya tangan dua nggak cukup untuk menyelesaikan semuanya. Di bagian ini, usaha menahan diri agar nggak menjawab dengan teriakan, nggak menjawab dengan nada tinggi, dan nggak marah-marah. Perlu usaha menahan diri dan merendahkan suara. Lebih baik mengucap: La hawla wa la quwwata illa billah. Mengucap itu berulang kali, agar emosi terkontrol dan semoga Allah memudahkan semuanya.

Qodarullah, ayah juga sedang gejala akan sakit. Sebulan ini pekerjaan padat, musim sidang mahasiswa S2-S3; nyiapin materi untuk conference, banyak lembur pulang malam. Sebentar lagi harus berangkat dinas ke luar negeri.  Sehat-sehat ya Yah!  Ya Robbi…. Semoga lekas sehat semuanya! Syafakallah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba’dahu saqaman. Aamiin…Menjadi ibu rumah tangga yang dijanjikan pahala besar meski hanya tinggal di rumah, tentunya butuh usaha besar pula. Surga yang seluas langit dan bumi  itu nggak akan diberikan secara cuma-cuma. Kalo gampang, pasti hadiahnya piring cantik. 😀 Menghadapi keseharian anak-anak dan segala macam pernak-perniknya, semoga menjadi salah satu jalan yang memudahkan kita masuk surga. Dijaga keikhlasannya, dijaga kesabarannya, selalu ingat ya Bun… Ini cuma sebentar, nggak lama kok! 🙂

Kalo cita-cita disandarkan pada kehidupan di kampung akherat, segala yang ada di dunia akan nampak kecil. Nggak berarti dan nggak nggoyo dalam mengejarnya. Kalo dunia itu berharga, Allah nggak akan memberi kekayaan melimpah untuk orang-orang yang durhaka kepada Nya. Tapi saking NGGAK berharganya dunia, maka Allah hamparkan utk semua hambaNya baik yang taat maupun yang durhaka.

Bercita-citalah yang tinggi, setinggi kehidupan BAHAGIA di kampung akherat! Kita di sini cuma sebentar kok, sebentaaaar saja…. Gimana caranya kita bisa “kilat” dapat pahala melimpah dengan amal-amal sederhana namun unggulan? Cara satu-satunya adalah menuntut ilmu syar’i, ilmu agama, biar bisa kenal Allah dan beramal sesuai MAU Allah dan rasulNya. 🧡

Selamat pagi! Jaga kesehatan, banyak bersyukur, dan jangan lupa tersenyum. 🙂

Salam,

-RN-

One thought on “Wanita Panggilan: Ibu Panggilan

  1. Pingback: Hidup Sawang Sinawang: Jomblowati Beberapa Hari | Pojok Cerita

Leave a comment