Saya dan Eiji baru saja menyelesaikan liburan kami. Awalnya saya pengen mudik ke Indonesia, tapi sayang kalo cuma sepekan. Akhirnya diputuskan untuk jalan-jalan di dalam negeri. Tanggal ini sengaja diambil bertepatan dengan tanggal sang ayah pergi ke Jerman dan Austria. Dari pada bengong di rumah, mari kita pergi juga tapi ke tempat yang berbeda. 😉 Sang ayah pergi untuk riset, saya dan Eiji pergi jalan-jalan. 😀 `Pokoknya luuuppp yuuu ayah!` yang udah mengizinkan anak dan istrinya buat jalan-jalan. Doa kami selalu untuk ayah tersayang. 😉
Ini bukan perjalanan `travelling` pertama Eiji. Sejak dalam perut, dia sudah saya ajak jalan-jalan. Saat masih hamil muda, Eiji ikut jalan-jalan ke Tokyo dan Matsumoto. Kemudian trimester kedua, diajak mudik ke Indonesia (termasuk Bandung Semarang PP). Saat Eiji umur setahun, kami mudik ke Indonesia (Bandung-Semarang-Jogja) dan pergi ke Jerman (jakarta-Munich PP), lanjut kembali ke Tokyo-Sendai. Umur 2.5 tahun ini jalan-jalan ke Jepang dalam negeri. 🙂
Kamis, 5 Maret 2015
Perjalanan Sendai-Osaka-Kyoto
Sekitar pukul 10.30 kami berjalan ke luar menuju Tohoku Fukushi eki, stasiun kereta di dekat rumah. Eiji sangat semangat untuk perjalanan ini. Sejak beberapa hari sebelumnya saya sudah mengajaknya ngobrol bahwa kita akan naik pesawat. Dia sangat antusias. Pada hari H, dia semangat bangun pagi, sarapan, mandi dan bergegas. `Ayo mama kita berangkat!` 😀 Saya mengusahakan berbekal baju dan perlengkapan seminimal mungkin. Mengingat ini adalah perjalanan membawa batita dan ayah tidak turut serta. Awalnya saya berencana akan membawa koper yang bisa masuk kabin pesawat, tapi pasti saya bakal kerepotan saat membawanya. Akhirnya berbekal tas punggung, tas jinjing, dan stroller, kami siap jalan-jalan. ^^
Sesampainya stasiun Sendai, kereta ke arah bandara sudah akan berangkat. Tak sempat mencari elevator, akhirnya saya lipat stroller dan bersegera turun ke tangga di mana kereta itu berada. Agak ribet, harus gandeng Eiji, tenteng stroller, dan bawa dua tas. Alhamdulillah berhasil! Memang saat kepepet, kita bakal bisa melakukan hal apapun. 😀 Kereta ini membawa kami ke bandara Sendai, yang dulu (empat tahun lalu 11 Maret 2011) hancur terkena tsunami. Sekitar 17 menit perjalanan dari stasiun Sendai ke bandara Sendai. Kami menuju ke bagian keberangkatan dengan melenggang santai karena saya sudah memperkirakan kelonggaran waktu agar tidak repot tergesa-gesa membawa anak. 🙂
Saya menuju ke konter check-in, nge-print boarding pass dan check-in ke bagasi untuk stroller Eiji.
Inilah drama pertama terjadi, Eiji nggak mau berpisah dengan stroller-nya! Dia nangis sambil terus mengatakan `nggak mau turuuuun… mau duduk di baby car ajaaa!` Sampe heboh gitu, saking cintanya dengan si stroller. Akhirnya berhasil turun sambil berderai-derai air matanya. Drama berlanjut saat mau security check-in. Tas saya dan gelas minumnya nggak boleh dipegang si petugas. `Itu punya mamaaa!` Wkwkwk…. Sampe petugasnya buru-buru mengembalikan. 😀 Yah maklumlah, drama terjadi saat jam-jam dia untuk tidur. Sebenarnya ngantuk, jadi sensitif gitu. 😀 Kesedihan Eiji menghilang saat diajak jalan-jalan ke kaca melihat pesawat dari tempat tunggu kami. 😀 Dengan santai dia bilang `nanti naik baby car lagi`. 😀
Kami masuk pesawat, Eiji duduk mepet jendela dan saya di sampingnya. Setelah beres memakaikan sabuk pengaman, Eiji menikmati baca gambar di dalam buku iklan pesawat.
Tak lama kemudian, dia tertidur lelap. Baru bangun saat akan mendarat. 😀 Tuh kan bener! Ternyata memang ngantuk. :)) Perjalanan sekitar 1.5 jam nggak kerasa lama, Eiji bobok, saya pun bisa santai menikmati perjalanan. 🙂
Alhamdulillah, kami mendarat selamat di Kansai International Airport. Letak bandaranya terpisah dari daratan.
Kami turun di terminal 2 dan segera bergegas menuju terminal 1 menggunakan shuttle bus yang disediakan bandara. Tak butuh waktu lama, kami pun sudah berada di terminal 1 (terminal utama). Di sini terdapat mushola dan beberapa restoran halal. Bandara Kansai akrab dengan traveller muslim. Mereka sengaja menyediakan berbagai fasilitas agar makin banyak pelancong negara-negara muslim singgah ke Jepang. 🙂
Jam makan siang sudah tiba. Kami menuju Aeroplaza untuk mencari restoran halal. Kami memutuskan untuk makan di restoran soba. Pengen ngerasaai soba asli Jepang, dimasak orang Jepang, dengan bumbu Jepang, dan halal.
Selesai urusan makan dan sholat, kami menuju ke halte bus limousine yang akan membawa kami menjelajah daerah Kyoto. Tak berapa lama, setelah pesan tiket PP bus segera datang. Tujuannya ke stasiun Kyoto, perjalanan dari bandara Kansai sekitar 1 jam. Keterangan di dalam limousine ditulis dan disampaikan dalam beberapa bahasa: Jepang, Inggris, dan Korea. Komplit! 🙂
Nggak kerasa, Kyoto eki sebentar lagi. Yey! Alhamdulillah… Perjalanan lancaaarrr. Oya, saya dan Eiji, beserta dua teman akan menjelajah Kyoto. ^^
Di Kyoto, saya akan bertemu dengan keluarga Indonesia yang dulunya tetangga-an di Sendai. Kami janjian ketemu di depan Kyoto Tower.
Kyoto tower merupakan salah satu ikon Kyoto. Turis domestik maupun internasional berlalu-lalang dan menyempatkan diri untuk berpose di depannya. Tempatnya tepat di depan stasiun Kyoto, di depan JR Isetan. Nuansa kota turis sangat kental terasa. Pusat informasi menyediakan tenaga yang sangat fasih berbahasa Inggris. Keterangan halte bus, rute kereta, pamflet tempat wisata nggak cuma dalam huruf Jepang tapi komplit dengan huruf romawi dan bahasa Inggris. Pokoknya turis asing nggak akan ribet jalan-jalan di Kyoto Udah nggak sabar untuk menjelajah Kyoto esok hari! 😉
Oleh-oleh poto bisa dibuka di instagram: tyasmomiji.
Salam salju dari Sendai,
-RN-
Pingback: Jalan-Jalan 2015: Petualangan Sendai, Kyoto, Nara, Osaka (2) | Pojok Cerita
Kereeeen eiji baby traveller