Jalan-Jalan 2015: Backpacking Sendai, Kyoto, Nara, Osaka (3)

Melanjutkan cerita sebelumnya, klik di sini.

Sabtu, 7 Maret 2015.

Langit mendung dan prediksi cuaca akan turun hujan sebanyak 80% hari ini.

Pojok Gion.

Gion merupakan salah satu spot turis yang termasuk dalam world heritage UNESCO. Satu hal yang paling terkenal di Gion adalah geisha/geiko dan maiko. Gang-gang di Gion dibiarkan bentuknya seperti jaman dulu sehingga menimbulkan kesan perkampungan Jepang kuno di tengah kota modern Kyoto. Ini sangat menarik para wisatawan. Geiko dan maiko san adalah para artis/seniman yang pandai menari, memainkan alat musik, dan berpenampilan khas. Jika beruntung, maka bisa menangkap gambar mereka. Berbedak putih, dengan kimono yang sangat cantik, menjinjing tas senada dengan warna kimononya. Itulah maiko. Namun jangan salah, di sana juga terdapat salon rental kimono dan fasilitas berdandan ala Maiko. Bisa jadi yang Anda foto adalah maiko `jadi-jadian` alias turis yang berdandan ala Maiko. 😀

Maiko san. Gambar dari google.

Maiko san. Gambar dari google.

Kebanyakan Maiko tidak suka diambil gambarnya, cool, dan berjalan cepat saat di kerumunan. Namun jika menemukan Maiko yang senang difoto, mungkin saja itu adalah turis dengan dandanan Maiko. 😉 

Yasaka shrine, posisinya tepat di pertigaan jalan utama menuju Gion. Kadang kala Maiko dan Geiko hadir di sana untuk menjamu turis dalam upacara minum teh.

Yasaka shrine, posisinya tepat di pertigaan jalan utama menuju Gion. Kadang kala Maiko dan Geiko hadir di sana untuk menjamu turis dalam upacara minum teh.

Mari kita jalan-jalan ke gang-gang di Gion.

Menuju gang gion dari halte bus.

Menuju gang gion dari halte bus.

Rumah-rumah dibiarkan dengan model kuno.

Rumah-rumah dibiarkan dengan model kuno.

Siang itu tetap ramai dengan turis meski gerimis.

Siang itu tetap ramai dengan turis meski gerimis.

Di gang tersebut banyak sekali ocha-ya dan lampion merah di depannya. Mereka menjual makanan, teh, dan hiburan kesenian para Maiko. KEdai ocha-ya itu terlihat indah di malam hari karena lampu lampion telah nyala.

Salah satu kedai teh ocha-ya, di mana para maiko dan geiko ada di dalamnya.

Salah satu kedai teh ocha-ya, di mana para maiko dan geiko ada di dalamnya.

Foto lebih komplit ada di instragam: tyasmomiji.

Kiyomizudera.

Tak jauh dari Gion, kami menuju ke Kiyomizudera. Salah satu world heritage juga. Hujan semakin deras. Menuju gerbangnya perlu energi lebih. Jalan menanjak ditambah hujan, dan mendorong stroller Eiji. 😀

Eiji tetap menikmati jalan-jalannya.

Eiji tetap menikmati jalan-jalannya.

Sempainya di atas, di depan gerbang, saya memutuskan berhenti. Jika ingin melihat langsung Kiyomizudera, harus naik lagi menuju puncak. Ahh… cukup, terima kasih! 😀 Hujan makin deras, turis makin banyak, dan saya cukup ambil poto mereka di sini saja. 😉

Banyak turis Jepang maupun asing menggunakan fasilitas rental kimono. ;)

Banyak turis Jepang maupun asing menggunakan fasilitas rental kimono. 😉

Jalanan menanjak menuju Kiyomizudera.

Jalanan menanjak menuju Kiyomizudera.

Di kanan dan kiri banyak penjual makanan dan souvenir.

Di kanan dan kiri banyak penjual makanan dan souvenir.

Turis berlalu-lalang, baik yang naik maupun yang turun. Gang itu dipadati oleh turis berbagai negara. Meski hujan makin deras, tak menyurutkan semangat mereka untuk naik sampai puncak.

Gerbang menuju atas Kiyomizudera.

Gerbang menuju atas Kiyomizudera.

Saya parkir di ujung jalan, di depan gapura ini. 😀

Makin lama makin deras, kami pun memutuskan segera kembali ke halte bus menerobos hujan. Eiji terkantuk-kantuk duduk manis di baby car kesayangannya, hangat, anteng, dan terlindung jas hujan.

Masjid Kyoto.

Tujuan selanjutnya adalah masjid Kyoto. Panduan menuju ke sana bisa dibaca di sini. Turun dari halte bus, kami perlu menyusuri sungai yang biasa untuk syuting dan hanami (melihat sakura). Pohon sakura berderet kokoh di sana, sekitar dua pekan lagi akan mekar. Wah, nggak tepat waktunya! 😀 Kyoto pasti rame saat musim sakura.

Masjid Kyoto ada di dalam gedung mansion, jadi bentuknya bukan seperti bangunan masjid kebanyakan. Saat masuk ke dalam, di pintu sebelah kiri ada toko halal yang menjual berbagai daging dan cemilan halal di sana.

Logo di depan pintu masjid.

Logo di depan pintu masjid.

Jika kita jalan lurus sedikit, lantas belok kiri maka akan menemukan Rose Cafe. Restoran ini menjual berbagai makanan halal khas Turki.

Foto diambil dari website Rose Cafe.

Foto diambil dari website Rose Cafe.

Kami sempat makan di sana. Rasanya enak, namun porsinya minimalis. Jadi harus pesan dobel. 😀

Salah satu pesanan kami.

Salah satu pesanan kami.

Belanja di Teramachi.

Usai makan dan menunggu hujan agak reda, kami melanjutkan jalan-jalan ke Teramachi. Tempat ini adalah jajaran shopping street di Kyoto yang menjual berbagai souvenir, makanan, dan barang lainnya. Harganya jauh lebih murah dibanding di Sendai. Kalo nggak ingat bagasi, pasti bakal kalap belanja. Duh!!

Souvenir!

Souvenir!

Kipas Jepang.

Kipas Jepang.

wpid-wp-1426069742264.jpeg

Shopping street.

wpid-wp-1426069814799.jpeg

Teramachi.

Jalan-jalan hari ini telah usai, hujan belum reda juga. Saatnya istirahat! ~~

bersambung.

Salju di Sendai makin deras,

-RN-

2 thoughts on “Jalan-Jalan 2015: Backpacking Sendai, Kyoto, Nara, Osaka (3)

  1. Pingback: Jalan-Jalan 2015: Petualangan Sendai, Kyoto, Nara, Osaka (2) | Pojok Cerita

  2. Pingback: Jalan-Jalan 2015: Petualangan Sendai, Kyoto, Nara, Osaka (4) | Pojok Cerita

Leave a comment