Wastafel Beres

Saat ini saya sedang berada di hotel di luar kota, Eiji masih bobok nyenyak jadi mumpung sempat ngetik ya harus dimanfaatkan. 😀 Kelanjutan cerita sebelum ini tentang wastafel banjir, baru sempat diselesaikan sekarang.

Sore harinya, sekitar jam 5 petugas pipa profesional datang ke rumah. Petugas itu seorang bapak tua namun terlihat sangat sehat dan cekatan. Usianya mungkin sudah di atas 60 tahun, hal itu terlihat di guratan wajahnya. Bagi orang Jepang, usia 70 tahun belum tergolong tua. Mereka masih sangat sehat, aktif melakukan berbagai hal. 🙂 Singkat cerita, kakek langsung melakukan tugasnya. Memeriksa saluran air dari lubang kecil di lantai dapur saya. Caranya, memasukkan alat berbentuk semacam kawat berdiameter sekitar 5 cm, kemudian mengulurnya hingga masuk ke dalam dan menghubungkannya dengan aliran listrik. Hasilnya, tidak ditemukan apapun dan tidak ada masalan di pipa saluran air.  baca selanjutnya

Wastafel Banjir

Kemarin seharian hujan deras karena ada taifun. Tiba-tiba saja wastafel tidak bekerja sebagaimana mestinya. Rumah kami berada di lantai satu, sepertinya setiap kali orang atas pake wastafelnya, air di wastafel kami meluap. Bukan hanya macet, si lubang wastafel itu mengeluarkan air kayak didorong dari atas. Buktinya adalah adanya air berwarna dan berbau yang bukan dari bau-bauan hasil olahan dapur kami.

Jadilah dapur kami kebanjiran karena luapan air itu. Segala upaya dikerahkan, air dibuang ke toilet, disiram ke tanah di luar rumah, tapi belum ada hasil signifikan. Cuma mengurangi agar tidak sampai banjir keluar dari bak wastafel. Entah kenapa juga lantai dapur merembes, mengeluarkan air sampai sekarang. Kemungkinan ada pipa saluran air yang rusak di situ.

2

Saat penuh, air meluap keluar, menyebabkan dapur banjir.

baca selanjutnya

Pernikahan Tahun Kelima

Tahun ini pernikahan kami menggenapkan angka lima tahun. Tidak ada yang istimewa, tidak ada perayaan khusus, dan tidak ada ulang tahun. Ini hanyalah gugusan angka cantik yang inshaAllah akan terus bertambah sepajang umur kami. Tidak lagi berdua, namun bertiga. Ada kehadiran batita cerdas dan sehat di antara kami. Itulah harta yang paling berharga selama lima tahun ini. Alhamdulillah Allah memberikan keluarga yang sempurna. Bukan sempurna di mata orang lain, tapi sempurna bagi saya. 🙂

Pondasi kehidupan paling awal adalah pondasi dalam keluarga. Semoga keluarga ini mendapat ridho Allah dan terus bersama hingga Jannah-Nya. Aamiin.. 🙂

-RN-

Toleransinya Orang Jepang (bagian 2)

Kami saling mengenal sejak kali pertama saya datang ke Sendai. Hampir lima tahun yang lalu. Tergabung di grup volunteer Lady Bird, mereka membuka kelas sharing sambil belajar bahasa Jepang untuk pemula. Hubungan kami sudah sangat dekat, kebetulan saya termasuk peserta lama. Seiring waktu, orang lama sudah kembali ke negara masing-masing dan datanglah orang-orang baru ke sini. Dulu orang Indonesia menjadi mayoritas, namun sekarang mayoritas orang Bangladesh yang kumpul bersama kami.

Singkat cerita, sensei nihongo (bahasa Jepang) yang sudah lama kenal dengan orang Islam sangat paham betul urusan halal/haram yang kami konsumsi. Sudah menjadi kebiasaan, sebelum natsu yasumi (libur musim panas) kami mengadakan makan bersama. Jika tahun-tahun sebelumnya acara makan bersama diadakan sebelum Ramadhan, tahun ini bertepatan setelah Idulfiri. Alhamdulillah… 🙂 baca selanjutnya