Ibu Rumah Tangga adalah Nikmat dan Ujian

img_20160726_193448.jpg

Saya tidak pernah bercita-cita menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Seperti kebanyakan remaja dan mahasiswa, menjadi wanita karir selepas kuliah adalah pilihan saat itu. Seiring berjalannya waktu, ternyata Allah memberi kenikmatan dan ujian tersendiri bagi saya. Saat ini saya telah menjalani profesi ibu rumah tangga penuh waktu sepanjang tujuh tahun. Suatu profesi yang tidak pernah saya cita-citakan sebelumnya. Nggak semua orang bisa dengan mudah menjadi IRT, bener nggak? Begitulah nikmat dan ujian Allah. 

Mengapa nikmat sekaligus ujian?

Ada banyak wanita yang harus bekerja keluar rumah tak sekedar untuk berkarir, namun karena ada keharusan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mungkin mereka sangat ingin bersama dengan anak-anaknya, melihat, mengasuh, dan merawat anak-anaknya dengan tangannya sendiri, namun tidak bisa karena bekerja. Termasuk berbagai alasan lainnya mengapa seorang wanita harus meninggalkan rumah/menitipkan anaknya kepada orang lain. Ini adalah bagian nikmat yang harus saya syukuri. Saya berada di dalam rumah, tidak perlu mencari nafkah di luar, bisa merawat, melihat, dan mengasuh anak-anak dengan tangan saya sendiri, termasuk ngepel ompol, ngelap muntahan, dll.

Di sisi lain, hidup 24 jam dengan orang yang sama, dengan tingkah yang sangat dinamis, dan pola pikir anak-anak, bukanlah hal mudah. Berbicara dan bergaul dengan anak-anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Apalagi jika nggak sesuai harapan, misalnya saja hal sederhana: urusan makan! Anak susah makan, nggak mau makan, nggak mau teratur makan akhirnya sakit, dll. Ini bisa menjadi masalah ketika harus ditemui hampir setiap saat. Menghadapi anak sakit, rewel, banyak tingkah. Nggak mudah! Padahal masalah anak-anak nggak cuma itu. Banyak hal sulit yang harus dihadapi oleh ibu rumah tangga di dalam rumahnya. Itulah mengapa janji Allah akan pahala yang sangat besar diperuntukkan bagi wanita yang mengurus anak dan rumah tangga. Memang benar, masuk surga itu nggak mudah; salah satunya masuk surga lewat jalur rumah tangga. Ujian kesabaran, kelelahan, stres, pusing, capek, dll. Pernak-pernik rumah berantakan, cebokin anak, bersihin muntahan, ngepel ompol, dll. pantes aja bonusnya pahala gedhe di dalam rumah. Begitulah gambaran secuil tentang ujian di dalam rumah seorang IRT penuh waktu.

Jika kita bekerja di luar rumah, ketemu banyak orang dewasa meskipun tetap ada masalah di dalamnya. Jika kita kerja dihadapan komputer, trus si komputer nge-hang, bisa kita tinggal ngopi-ngopi dulu biar nggak stres. Bayangkan ketika anak lagi bertingkah bisa nggak sih kita tinggalin *trus ngopi-ngopi dulu* kayak ninggalin komputer tadi? 😀 Nggak mudah pokoknya jadi IRT.

Kalo kerjadi luar trus nitipin anak ke orang lain, pasti ada rasa kangen buat ketemu si anak. Segala rasa kesel nggak akan kerasa karena nggak ketemu penuh waktu sama si anak, dia bertingkah nggak nurut pun masih bisa banyak toleransi. Karena apa? Karena nggak menghadapi selama 24 jam penuh! Itu kenapa para bapak seolah nampak lebih sabar daripada IRT ketika menghadapi anak berulah. Coba deh dihitung, berapa jam ketemu anak dibanding para IRT yang ngasuh sendiri tanpa ART dan menghadapi polah anak selama 24 jam penuh. Plus biasanya jadi kompensasi karena rasa bersalah meninggalkan anak dalam waktu lama, jadi toleransi lebih besar. Kalo bisa minta waktu 25 jam, sepertinya masih tetap kurang buat para IRT, termasuk buat tidur yang slow  tidur cantik tanpa harus terbangun nyiapin segala macam. Hasilnya adalah migrain! Coba deh kalo nggak percaya. :D

Nggak cuma saya yang merasakan hal itu, para IRT yang sejak awal bercita-cita menjadi IRT juga mengalaminya. Jadi wajar dan normal, hehehe… Kirain cuma saya aja yang kadang berkeluh kesah.

Yah begitulah, hidup itu sawang sinawang. Nggak ada hidup yang tanpa keluh kesah, nggak ada hidup yang sempurna selain hidupnya prinses dalam negeri dongeng. 😀 Duhai para ibu tanpa ART, nggak selamanya ibu bakal jadi upik abu; tunggu anak gedean dikit nanti bisa diperbantukan buat pijet ibunya, yang mana nggak bisa pijet selama ini karena hidup di negara yang nggak ada tukang pijet syari. :))

Ahh baru juga tujuh tahun, masih banyak tahun-tahun selanjutnya menanti insyaaAllah. 😉 ya ibu, ya anak, ya bapak, semuanya dalam proses saling adaptasi. Saling memberi dan saling menerima, saling membantu untuk menjadi keluarga bahagia sampai masuk surga! Aamiin….

Salam IRT yang ingin masuk surga,

-RN-

Leave a comment