Travelling dengan Bayi/Balita

14

Membawa bayi/balita saat travelling tentu berbeda dengan anak-anak yang lebih besar, apalagi dengan orang dewasa. Ada banyak hal yang harus disiapkan. Saya biasa menyebut hal ini dengan sebutan harta karun Eiji. ๐Ÿ˜€ Kenapa harta karun? di situ ada segala macam perlengkapan dan kebutuhan Eiji yang harus selalu siap sedia. Jaman dulu, saat saya pindah ke Jepang sendirian, bawaannya cuma tas selempang kecil isi paspor-dompet; tas laptop; dan koper 20kilo. Sekarang, berdua dengan Eiji: koper kuota 30kilo, tas punggung TIDAK BERISI laptop tapi gemuk, plus tas tenteng yang juga gemuk. Ketiganya MAYORITAS berisi harta karun Eiji (1th).

13

Apa saja isinya? Sebenarnya sama seperti isi tas buat jalan-jalan dalam keseharian, cuma ditambah jumlah dan jenisnya. Untuk jalan-jalan ke luar kota atau ke luar negeri, isinya sama saja tinggal menyesuaikan lama perjalanan dan musim di tempat tujuan.

Berikut ini beberapa hal yang disiapkan saat membawa bayi/balita pergi travelling:

  1. Makanan dan snack. Untuk makanan Eiji, saya biasa membawa/buat sendiri dari rumah; untuk snack bisa membawa biskuit favorit. Pertama, makanan itu biasa dia makan (jadi nggak asing buat si bayi). Kedua, belum tentu di pesawat menunya sesuai dengan si anak. Ketiga, jenis baru dan instan mungkin memicu alergi (baru kali pertama coba). Keempat, praktis karena nggak perlu pusing dia harus makan apa. Contoh yang praktis, nggak mudah basi, bisa, dan biasa dibawa saat bepergian jauh: kabocha (pumpkin) kukus, mash potato, wortel rebus, pokoknya segala bahan yang mudah diolah dan biasa dia makan sehari-hari. Kalo habis, barulah diberi makanan instan di pesawat. Ato kalo sudah mulai makan menu rumah, kita bisa suapin barengan saat kita makan. Nggak ribet kan?! ๐Ÿ˜‰
  2. Minuman. Di pesawat tersedia aneka minuman, jadi nggak perlu khawatir. Tapi untuk persediaan kita bisa membawa air mineral secukupnya di botol minum yang biasa dia gunakan. Biar nggak susah cari saat nunggu pesawat boarding. Oya, kalo masih minum ASI maka itu lebih praktis lagi. Mungkin yang agak ribet kalo minum sufor, mesti bawa termos kecil, botol ekstra, alat sterilisasi, dan beberapa kelengkapan lainnya.
  3. Apron menyusui. Fungsinya utamanya sebagai penutup saat memberi ASI, bisa juga digunakan untuk selimut, atau penutup mata bayi saat tidur agar nggak terlalu silau jika lampu masih dinyalakan.
  4. Diapers, tisu kering, dan tisu basah. Jumlahnya disesuaikan dengan lama perjalanan. Meski di pesawat juga kadang disediakan, namun belum tentu ukurannya pas dan cocok dengan kulit anak.
  5. Plastik. Untuk tempat baju kotor, bungkus diapers, dll
  6. Changing mat. Kalo saya pake terpal kecil yang bisa masuk tas punggung. Selain buat alas ganti popok, bisa juga untuk alas sholat gantinya sajadah.
  7. Mainan. Bawa mainan yang disukai anak, ampuh mengisi bosan. Tapi kalo Eiji sama sekali nggak nyentuh mainannya, dia lebih tertarik bongkar *keluar-masuk* buku dan lihat gambar yang ada di laci kursi pesawat. ๐Ÿ˜€
  8. Ekstra baju, jaket. Membawa beberapa stel baju ke dalam kabin benar-benar penting. Banyak kejadian yang nggak terduga, namanya juga anak-anak. Ntah bajunya basah saat minum sendiri, ntah kena makanan, ato sudah nggak nyaman karena keringetan.
  9. Hand sanitizer. Buat orangtua yang nggak bisa bebas bolak-balik ke lavatory untuk cuci tangan.
  10. First aid kid. Obat-obatan saat darurat, seperti parasetamol, minyak telon, minyak kayu putih, pelembab kulit.
  11. Pocket camera. Sangat penting untuk mengabadikan momen perjalanan, tapi yang terjadi dengan kamera saya sepanjang perjalanan dikuasai oleh Eiji. Jadi dia pengen ceprat-cepret sendiri, nggak boleh dipinjam ibunya. Ohooo… alhasil nggak banyak gambar di dalam pesawat. ๐Ÿ˜€
  12. Baby carrier. Gendongan ini digunakan untuk memudahkan kita bergerak saat masuk/keluar pesawat, atau saat anak minta dipeluk.
  13. Buggy/stroller. Kalo si anak nggak naik (minta gendong), maka buggy bisa diisi dengan tas kita. Lumayan meringankan beban punggung. ๐Ÿ˜‰

Perlengkapan yang biasa dipakai seperti popok, tisu, makanan, dan minuman, diletakkan di tas yang mudah dijangkaudan dibuka. Barang lainnya bisa disimpan di dalam rak kabin.

Kondisi yang perlu diperhatikan (respon tiap anak berbeda):

  1. Take off dan landing. Anak disusui (jika masih ASI), makan snack, diajak ngobrol, dan orangtua rileks. Jika anak tidur, tidak perlu dibangunkan.
  2. Turbulence. Usahakan anak tetap merasa nyaman, duduk dipeluk, dsb. Saat pulang ke Jepang kemaren, sempat turbulence lumayan kencang. Saya berusaha ngajak ngobrol sambil memeluk Eiji, agar dia tidak terlalu menyadari getaran kuat itu.

Semua perlengkapan ada, berpikir positif bahwa perjalanan akan menyenangkan, kondisi kesehatan Oke; inshaAllah bepergian dengan bayi/balita akan terasa menyenangkan. ๐Ÿ™‚

Marienplazt, Munich 2013.

Marienplazt, Munich 2013.

Okey! Mudah-mudahan bermanfaat. ๐Ÿ˜‰ -RN-

3 thoughts on “Travelling dengan Bayi/Balita

  1. Pingback: Tips Travelling Membawa Anak Balita | Pojok Cerita

Leave a comment