Dukungan Nenek dalam Penerapan Aturan kepada Cucu

Saya termasuk tipe ibu yang lumayan ketat urusan makanan anak. Meskipun begitu, saat mudik kemarin Eiji masih sempat mencret. 😦 Alhamdulillah nggak berlangsung lama. Dia terbiasa ngemil sayuran dan buah-buahan mentah sejak mulai makan. Ketika di Indonesia, Eiji melanjutkan hobinya ngemil paprika mentah. Hasilnya, muntah dan mencret. Ternyata ini nggak bisa diterapkan untuk perut Eiji saat di Indonesia.

Kebiasaannya, buka kulkas, nemu paprika langsung minta dicuci dan dipotong. Itu juga yang dia lakukan di Indonesia, ternyata perutnya nggak kuat. Lagi-lagi masalah hygiene. Itu adalah contoh sederhana, sudah dijaga pun masih demikian, apalagi dibiarkan tanpa aturan.

1

Saya sangat bersyukur memiliki ibu mertua yang sangat kooperatif dan mendukung aturan saya dalam memberikan makanan kepada anak. Pandangan bahwa membiasakan makanan sehat, meminimalkan konsumsi junk food, dan nggak sembarang memberi makanan kepada anak nggak banyak masalah saat kami mudik ke Bandung.

Nenek Bandung selalu menanyakan kepada saya apakah makanan/minuman ini boleh diberikan kepada Eiji atau tidak, sebelum menawarkan kepada si Eiji. Ketika saya Oke, baru diberikan. Ketika saya nggak oke, ya nggak diberikan. Itu yang sangat saya suka dari beliau.

Banyak aturan orangtua yang menjadi kacau saat anak berada di rumah kakek-neneknya. Alhamdulillah, ini tidak saya alami. Nenek Eiji mendukung penuh aturan yang telah saya terapkan kepada Eiji. Nggak cuma aturan soal makan-minum, juga tentang disiplin dan aturan lainnya. Nggak repot pokoknya.

Ada banyak kasus nenek/kakek yang memanjakan cucunya dan `nyuri-nyuri` kesempatan untuk menuruti mau cucunya di belakang si orangtua anak. Itu yang membuat pola asuh dan disiplin menjadi kacau. Misalnya: Aturan memberi jajan coklat/keripik/kerupuk hanya dalam jumlah dan waktu tertentu, tapi karena si anak merengek akhirnya atas dasar yang katanya sayang cucu, kakek/nenek memberikannya di luar aturan yang telah dibuat orang tua.

Duuh… Kalo saya nggak bisa hidup seperti itu. Ayolah saling menghargai dan mendukung. Paling wajib dan berhak menentukan aturan dalam mendidik adalah orangtua, jangan sampai peran kakek/nenek malah mengacaukan aturan yang telah dibuat.

Tulisan ini saya buat untuk berbagi kepada ibu-ibu/orangtua lainnya agar selalu bersikap asertif kepada orangtua/mertua, saudara, dan orang-orang di sekeliling anak. Jangan takut untuk menyampaikan aturan yang kita terapkan kepada anak kita, jangan ada sungkan, jangan ada rasa nggak enak hati, karena ketika terjadi sesuatu bukan mereka yang menanggung; tapi kembali ke kita sebagai orang tuanya. 🙂

Salam,

-RN-

Leave a comment