Belajar Bertahan Hidup

Eiji (1.5 th) sedang pegang mainan milik umum, tiba2 ada anak lebih besar (hampir 4 th) merebut dengan paksa mainan itu. Merasa perlu mempertahankan, si eiji tetap berusaha tidak melepasnya. Si anak tetap memaksa. Akhirnya Eiji menangis dengan tetap mempertahankannya -> ketimpangan kekuatan. Karena makin membahayakan, saya datang dan bilang “tolong tunggu sebentar” ke anak itu, tapi dia tetap memaksa merebut. Sebenarnya kalo ngomong baik2 dan nggak ngerebut paksa, pasti Eiji ngasih. Karena itu yang kami ajarkan ke dia. Tapi kejadiannya di luar dari yg diajarkan bapak ibunya. Hasilnya dia tetap berusaha mempertahankan, meski dengan nangis. Good job boy! kamu belajar kenal dunia yang nanti lebih keras. Pertahankan kalo kamu benar dan jangan mau ditindas siapapun.

Sejak dini, rumah harus memberi bekal bagaimana survive “ala anak2”, tanpa menyakiti oranglain. Gak sekedar mengajarkan kebaikan, tapi juga bagaimana bertahan. Jika saya berpikir untuk simpel: ngalah -> mainan diberikan kepada si perebut; tidak ada nangis/ribut, selesai. Selanjutnya: si perebut akan semakin mem bully karena merasa menang, si korban semakin tidak berdaya. Di situ tidak ada proses mendidik keduanya. Jadi saya memilih bersikap mengamati, biarkan anak berusaha mempertahankan diri semampu dia; karena nggak mungkin sepanjang hidup akan ada yg melindungi atau ngalah terus2an dan akhirnya gampang ditindas. Untuk si perebut juga agar belajar -> bahwa nggak semua hal bisa didapatkan dengan kekerasan, apapun bentuknya. Pentingnya masing-masing orangtua mengajarkan hal ini sejak dini, biar anak tumbuh menghargai dirinya dan oranglain. Agar nggak jadi pem bully maupun korban bully.

-RN-

Leave a comment