Belajar Sekolah

36

Seminggu sebelum dititipkan “sekolah”: Tas punggung dengan detail gambar shinkansen, hasil pilihan Eiji sendiri.

Jumat, 21 November 2014

Inilah hari pertama Eiji (Royyan) berada pada suatu tempat asing tanpa ibunya/keluarga. Karena ada sebuah keperluan, Eiji harus saya titipkan ke hoikuen (daycare) untuk beberapa jam. Jauh hari sebelumnya dia selalu bilang `kakak mau sekolah`sambil menggendong tas punggungnya saat kami pergi ke luar. Saya pun memutuskan untuk mencoba, memberikan pengalaman baru kepada Eiji, dan mengajarkan bahwa dia bisa/berani untuk jauh dari ibunya dalam beberapa saat. Hari Senin saya pun menghubungi hoikuen tersebut bahwa hari Jumat akan menitipkan Eiji di sana.  baca selanjutnya

Masak Memasak: Belajar Membuat Tofu

28

Kegiatan ini merupakan program dari kunimi jidoukan, di mana kami biasa main di sana. Para pegawainya sudah hapal dengan saya dan Eiji, lantaran kerap sekali singgah ke sana. 😀 Saat mereka menginfokan bahwa akan ada acara membuat tofu sekitar sebulan lalu, saya sangat antusias untuk mengikutinya. Pertama, penasaran pengen melihat langsung cara membuat tofu ala Jepang yang super smuuuttt dan mulus. Kedua, nambah pengalaman dan kenalan ibu-ibu Jepang. Ketiga, praktek nihongo. 😀 baca selanjutnya

Autumn 2014: Ayashi

Ayashi, 2014

Ayashi, 2014.

Rencana awal kami akan menuju ke daerah Yamadera dan Omoshiroyama, namun sesampainya di stasiun Kunimi rencana harus berubah. Padahal udah beli tiket… 😦 Yaaa gapapalah… Ada berita bahwa terjadi kecelakaan kereta di jalur rel ke arah sana. Akhirnya kami putuskan untuk berangkat ke Ayashi. Ayashi tidak begitu jauh dari Sendai jika dibandingkan dengan Yamadera. Suasana kereta cukup lengang, padahal hari libur nasional. Mungkin karena nggak terlalu cerah, jadi banyak orang membatalkan rencana jalan-jalannya. baca selanjutnya

Autumn 2014: Akiu Shinrin Sports Park

Imonikai adalah salah satu budaya khas di daerah Tohoku (Sendai salah satu kota di Tohoku), biasa dilakukan saat akhir musim panas atau awal musim gugur. Kumpul bersama, memasak, kemudian makan sup imoni bersama. Hal ini kami lakukan bersama grup volunteer Lady Bird. Kami ke luar kota menggunakan bus, menuju daerah Akiu.

Kebetulan saat itu hujan, namun tidak mengurangi kebahagiaan jalan-jalan bersama keluarga. Area Akiu Shinrin merupakan tempat wisata, ada playground untuk anak-anak, tempat barbeque, sekaligus dapur umum untuk memasak sup imoni. Akiu dapat ditempuh sekitar setengah jam dari Sendai menggunakan bus. Eiji sangat antusias sesampainya di sana, tentu saja langsung ngajak main meski sedang hujan gerimis.

`Ayo maen koen, Ayaaah….` kata Eiji. Begitulah dunia anak-anak. 😀

Anak mana yang tidak tergiur dengan area ini?

Anak mana yang tidak tergiur dengan area ini?

 

Siapa berani naik?

Siapa berani naik?

Eiji dan Ayahnya langsung meluncur ke playground, saya beserta peserta lainnya menyiapkan makanan.

baca selanjutnya

Gowes… Mari Gowess

Hampir tiga tahun saya cuti dari bersepeda. Rasanya sudah sangaaattt Kangen!! Sejak hamil, melahirkan, kemudian menunggu Eiji besar, hobi bersepeda telah saya tinggalkan. Paling hanya sesekali dan sebentar ketika Eiji bisa dititip ke ayahnya. Alhamdulillah… Sekarang Eiji sudah dua tahun, sudah cukup besar untuk dibawa keliling kota dengan bersepeda. 🙂

Yohaaa… inilah gaya Eiji ngebonceng di belakang.

IMG_5393

baca selanjutnya

Mengenalkan Toilet Training pada Anak

Beberapa hari lalu Eiji berhasil mengatakan dan melakukan pup di WC. Yey! Buat seorang ibu (saya), ini salah satu pencapaian Eiji. 😀

IMG_5504

Sebenarnya saya ingin menggunakan istilah mengenalkan anak pada WC, namun rasanya kalimat tersebut tidak familiar. Lebih familiar dan bagi kebanyakan orang lebih mudah dipahami istilah toilet training. Oke baiklah… istilah bercampur mari kita gunakan dalam halaman ini.

Scerita, cerita bagaimana mengenalkan toilet training (TT) pada anak sebagai berikut:

  1. TT hanya dilakukan jika anak sudah siap. Menilik teori perkembangan anak, jika TT dilakukan terlalu dini/terlalu cepat/tanpa kesiapan anak, maka dapat mengakibatkan masalah perkembangan di masa selanjutnya. Misalnya: kecemasan, enuresis, encopresis. Kesiapan tiap anak berbeda-beda, tidak bisa disama-ratakan. Bagaimana melihat bahwa anak telah siap? Anak sudah duduk tegak, bisa berbicara/mengungkapkan rasa ingin buang air, anak mampu berjalan mengajak ke WC, dapat melepas celananya sendiri, mengerti instruksi. Kesiapan itu meliputi kesiapan fisik (otot-otot sudah mampu mengontrol kandung kemih di usia 18 bulan), emosi, dan psikologis.
  2. Rentang usia pengenalan TT sejak 1.5 tahun – 3 tahun. Kemampuan TT pada setiap anak berbeda, namun tugas orangtua adalah mengenalkan dan mengajarkannya.
  3. Proses pengenalan bisa dilakukan dengan membacakan buku tentang TT, mengenalkan potty chair, membuat suasana WC menyenangkan.
  4. Mengetahui jadwal BAB dan BAK.
  5. Memberi pujian saat anak berhasil BAB dan/atau BAK di WC.

baca selanjutnya