Toleransinya Orang Jepang (bagian 2)

Kami saling mengenal sejak kali pertama saya datang ke Sendai. Hampir lima tahun yang lalu. Tergabung di grup volunteer Lady Bird, mereka membuka kelas sharing sambil belajar bahasa Jepang untuk pemula. Hubungan kami sudah sangat dekat, kebetulan saya termasuk peserta lama. Seiring waktu, orang lama sudah kembali ke negara masing-masing dan datanglah orang-orang baru ke sini. Dulu orang Indonesia menjadi mayoritas, namun sekarang mayoritas orang Bangladesh yang kumpul bersama kami.

Singkat cerita, sensei nihongo (bahasa Jepang) yang sudah lama kenal dengan orang Islam sangat paham betul urusan halal/haram yang kami konsumsi. Sudah menjadi kebiasaan, sebelum natsu yasumi (libur musim panas) kami mengadakan makan bersama. Jika tahun-tahun sebelumnya acara makan bersama diadakan sebelum Ramadhan, tahun ini bertepatan setelah Idulfiri. Alhamdulillah… 🙂

Para sensei menyiapkan menu khas Jepang, tentu saja tanpa bahan-bahan haram. Misalnya makanan jepang khas selalu menggunakan mirin (sejenis alkohol), pada acara ini mirin tidak dipakai. Shoyu (kecap jepang) pun dipilih yang dari kedelai, tanpa alkohol. Pokoknya semua aman halal untuk kami. Alhamdulillah.

Somen dingin. menu musim panas.

Somen dingin. menu musim panas.

Mungkin belinya tidak sengaja, ada puding yang mengandung alkohol. Lantas sensei memberi tahu kami bahwa itu tidak bisa kami konsumsi karena ada kandungan alkohol di dalamnya. Oohh… saya terharu dengan hal ini. Semoga Allah memberi mereka hidayah. Aamiin…

Jika kita berusaha menjaga halal haram dan menyampaikannya dengan baik, inshaAllah orang-orang Jepang itu akan membantu kita agar tidak ada barang haram masuk ketubuh kita. 🙂

-RN-

Leave a comment