Melanjutkan cerita sebelumnya, klik di sini.
Jumat, 6 Maret 2015
Petualangan di Kyoto.
Matahari bersinar cerah. Kami istirahat dengan cukup di rumah keluarga Indonesia (*terima kasih banyak untuk mba Nita dan pak Arif atas jamuannya). Petualangan di Kyoto akan dimulai. Jreng jreng jreeengg…..
Tujuan pertama adalah Paviliun Kinkakuji, merupakan salah satu world heritage UNESCO. Dibangun tahun 1397, dulunya merupakan villa, kemudian menjadi zen temple, dan sekarang beralih fungsi sebagai tempat wisata. Nuansa Jepang muncul saat masuk ke pelatarannya. Rindang, sejuk, dan bersih. Makin masuk ke dalam, kita akan melihat bangunan berwarna kuning emas di tengah kolam dan nampak sangat indah ketika langit cerah. Wisatawan akan diajak berkeliling mengikuti rute jalan setapak berpasir di sekelilingnya.
Kami berjalan mengikuti jalan setapak bersama para wisatawan lainnya. Nuansa sejuk, tak begitu dingin sangat nyaman bagi saya. Di dekat pelataran Kinkakuji terdapat pancuran alami yang sangat jernih airnya. Gemericik bunyi air mengobati rasa penat bisingnya perkotaan. Selesai berpoto dan menikmati pemandangan, kami menaiki anak tangga tak jauh dari pancuran, menuju ke arah luar.
Puas berkeliling, kami istirahat sejenak di bawah pohon sambil makan es krim wijen. 😀 Di sekitarnya terdapat banyak penjual souvenir dan makanan. Tempat duduk itu memang disediakan untuk turis, tak ada satu pun sampah di sana. 🙂
Kami melanjutkan perjalanan menuju Kyoto eki dan janjian untuk pergi ke Nara. Mengunjungi para rusa yang berkeliaran di jalanan merupakan salah satu tujuan kami. 😀
Pertualangan di Nara.
Dari stasiun Kyoto menuju Nara, butuh sekali ganti kereta. Jika kebingungan bisa tanya kepada petugas yang sangat kooperatif memilihkan kereta tujuan kita.
Sesampainya di Nara, kami makan siang dulu di Seizeriya (ada beberapa menu halal yang bisa kita konsumsi di sana). Lokasinya tepat di sebelah pintu ke luar stasiun, naik ke atas. Perjalanan di mulai. Kita perlu berjalan lumayan jauh untuk menuju Nara park, di mana para rusa itu berada. Nara berbeda dengan Kyoto, nuansa sepi, banyak orang tua, serasa membawa kita ke Jepang tempo dulu. Jalanan tak sepadat di Kyoto, sepanjang perjalanan menuju tempat rusa masih rimbun dengan pepohonan besar.
Jangan lupa baca peta agar tidak nyasar. 😉
Jalan lurus, turun ke terowongan penyebrangan, jalan lagi, maka selanjutnya akan menemukan rusa-rusa jinak jalan kaki di antara mobil.
Eiji sangat antusias bertemu dengan rusa secara langsung. 😀 Sepanjang jalan sekitaran jalan masuk juga dijual makanan rusa. Si rusa itu merasa bahwa setiap pengunjung membawakan makanan untuknya, jadi mereka tak sungkan untuk mendekati bahkan mencium tangan para pengunjung. 😀
Rusa-rusa itu mendekati kami, bahkan mencium baju, tangan, dan tas kami. Widiihhh… Ini nih yang saya nggak suka! Hahaha… Awalnya saya juga sangat antusias seperti Eiji. Namun karena yang datang makin banyak, mereka menghampiri kami dan sangat dekat, saya nggak berani memegangnya. Wkwkwk… 😀 Seperti kucing atau binatang berbulu lainnya, saya suka melihatnya tapi nggak mau dekat apalagi mengelusnya. Geli, berbulu, wiiihh….
Kami berjalan sampai ujung dan bertemu kuil Budha. Salah satu tempat bersejarah juga, namun saya tidak masuk ke dalamnya. Sampai saat ini kuil itu masih berfungsi sebagai tempat ibadah. Puas berpoto dengan rombongan rusa, kami bergegas kembali ke stasiun.
Perjalanan Nara sudah usai. Saatnya istirahat untuk petualangan selanjutnya. 😉
-RN-
Pingback: Jalan-Jalan 2015: Petualangan Sendai, Kyoto, Nara, Osaka (1) | Pojok Cerita
Pingback: Jalan-Jalan 2015: Petualangan Sendai, Kyoto, Nara, Osaka (3) | Pojok Cerita
Maaf mbak, mau nanya~ untuk anak usia 2.5 tahun. Transportasi lokal seperti JR atau Subway kena charge tidak ya? Terimakasih 🙂
Halo mba Irma, free sampai usia 6 tahun.