Mengenalkan Toilet Training pada Anak

Beberapa hari lalu Eiji berhasil mengatakan dan melakukan pup di WC. Yey! Buat seorang ibu (saya), ini salah satu pencapaian Eiji. 😀

IMG_5504

Sebenarnya saya ingin menggunakan istilah mengenalkan anak pada WC, namun rasanya kalimat tersebut tidak familiar. Lebih familiar dan bagi kebanyakan orang lebih mudah dipahami istilah toilet training. Oke baiklah… istilah bercampur mari kita gunakan dalam halaman ini.

Scerita, cerita bagaimana mengenalkan toilet training (TT) pada anak sebagai berikut:

  1. TT hanya dilakukan jika anak sudah siap. Menilik teori perkembangan anak, jika TT dilakukan terlalu dini/terlalu cepat/tanpa kesiapan anak, maka dapat mengakibatkan masalah perkembangan di masa selanjutnya. Misalnya: kecemasan, enuresis, encopresis. Kesiapan tiap anak berbeda-beda, tidak bisa disama-ratakan. Bagaimana melihat bahwa anak telah siap? Anak sudah duduk tegak, bisa berbicara/mengungkapkan rasa ingin buang air, anak mampu berjalan mengajak ke WC, dapat melepas celananya sendiri, mengerti instruksi. Kesiapan itu meliputi kesiapan fisik (otot-otot sudah mampu mengontrol kandung kemih di usia 18 bulan), emosi, dan psikologis.
  2. Rentang usia pengenalan TT sejak 1.5 tahun – 3 tahun. Kemampuan TT pada setiap anak berbeda, namun tugas orangtua adalah mengenalkan dan mengajarkannya.
  3. Proses pengenalan bisa dilakukan dengan membacakan buku tentang TT, mengenalkan potty chair, membuat suasana WC menyenangkan.
  4. Mengetahui jadwal BAB dan BAK.
  5. Memberi pujian saat anak berhasil BAB dan/atau BAK di WC.

Proses yang dilalui Eiji:

  1. Eiji belajar melalui buku tentang proses TT.
  2. Saat belum bisa buang air di WC, mengajak ke WC saat ganti diaper.
  3. Mengenalkan flush. Bagi anak-anak, nge-flush adalah kegiatan menyenangkan.
  4. Duduk di toilet sambil ngobrol dengan mama.
  5. Kebetulan Eiji sejak awal tidak berminat menggunakan potty chair, dia tidak suka duduk di atasnya. Saat potty chair dibuang dan tidak ada di WC, Eiji malah minta sendiri duduk tanpa potty chair. Tentu saja dengan ditemani.
  6. Eiji mengatakan: `kakak mau toire (toire adalah toilet dalam bahasa Jepang)` sambil melepas celananya. Dia berjalan di depan dan saya menemani. Di dalam WC, dia langsung minta duduk dan berhasil pup di sana. Wajahnya sangat sumringah. Buat anak, ini adalah sebuah pencapaian. 😉
  7. Mama memberi pujian agar kegiatan di WC selalu menyenangkan untuk anak. 🙂
IMG_5503

Eiji menggunakan buku ini saat belajar TT.

Catatan yang perlu diperhatikan:

  1. Jangan melakukan TT jika anak belum siap.
  2. Tidak memaksa anak, jika dilakukan maka akan menimbulkan trauma bagi anak apalagi jika sampai anak menangis karena dibawa ke WC.
  3. Hilangkan anggapan bahwa WC adalah tempat menyeramkan.
  4. Orang tua harus bersabar menunggu kesiapan tiap anak.
  5. Jangan pernah membandingkan kemampuan anak dengan saudara kandungnya, apalagi dengan anak orang lain.
  6. Jadikanlah kegiatan dan proses TT sebagai hal yang menyenangkan, baik bagi anak maupun orang tuanya. 😉

 

Selamat berakhir pekan! ^^

-RN-

Leave a comment