Efek Taifun Etau 2015

Daerah siaga taifun Etau 2015.

Daerah siaga taifun Etau 2015.

Lebih dari sepekan Jepang (pulau Honshu khususnya) dihantam badai Etau. Hujan deras dan angin kencang tersebut pada akhirnya melumpuhkan satu kota Joso di provinsi Ibaraki. Puncaknya pada Kamis, 10 September 2015. Dua prefektur (provinsi) yang paling terkena efeknya adalah Ibaraki dan Tochigi. Banjir bandang akibat meluapnya sungai besar Kinugawa yang melintasi kota Joso, menghancurkan kota tersebut.

Bagaimana keadaan Sendai?

Sendai juga terkena dampak taifun Etau ini. Hujan badai berhari-hari pada akhirnya sempat menyebabkan sedikit banjir di area Miyagino-ku dan Izumi-ku. Kamis malam telepon seluler kami terus-terusan berdering kencang, berisi peringatan dari pemerintah kota Sendai mengenai daerah-daerah yang harus mempersiapkan diri ke tempat evakuasi. Beberapa di antaranya adalah kedua daerah tersebut. Alhamdulillah, wilayah Aoba-ku (tempat saya tinggal) aman dari banjir, namun di beberapa titik ada poin-poin yang rawan longsor. Ya, efek badai di Jepang adalah banjir dan longsor. 😦

Salah satu isi peringatan dari pemerintah kota Sendai.

Salah satu isi peringatan dari pemerintah kota Sendai. Pukul 00.52 dini hari.

Seluruh warga selalu diminta mengikuti seminar menghadapi bencana saat datang ke Jepang. Khususnya Sendai, yang telah merasakan langsung kejadian gempa besar dan tsunami pada 11 Maret 2011 lalu. Alarm di seluler kami mengingatkan kejadian tersebut. Memang, pemerintah Jepang sangat sigap dalam persiapan menghadapi bencana, termasuk memberi pelatihan jauh hari kepada para warga dan memberi informasi keadaan setiap wilayah yang terkena efek, maupun  persiapan evakuasi bagi yang berpotensi terkena efek bencana. Kondisi siap siaga dan waspada harus selalu disiapkan pada keadaan seperti ini. Tas darurat setiap rumah adalah wajib. Saya pernah melewati krisis tahun 2011 lalu, pada kejadian taifun besar kali ini harus lebih bersiap lagi. Tas darurat harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau. Kita tidak tahu kapan terjadi bencana, kita pun tidak menginginkannya; namun untuk persiapan dan meminimalkan kondisi terburuk maka seluruh warga dihimbau menyiapkan tas darurat masing-masing, minimal untuk bertahan selama tiga hari.

Salah satu hal yang penting saat tiba di Jepang adalah mengetahui di mana tempat evakuasi terdekat jika terjadi bencana alam. Pemerintah membangun sekolah-sekolah dan shimin center di lokasi yang insyaaAllah aman. Karena ketika terjadi bencana alam, maka tempat-tempat tersebut akan difungsikan sebagai area pengungsian warga.

wpid-dsc_2361.jpg

SD Kunimi adalah area evakuasi terdekat untuk wilayah tempat tinggal saya.

Jumat, 11 September 2015

Alhamdulillah badai sudah berlalu, hujan sudah reda, dan alarm peringatan sudah tidak berbunyi. Setelah berhari-hari tidak keluar rumah, isi kulkas dan makanan kosong; saya dan Eiji memutuskan untuk keluar. Sekalian melihat kondisi pusat kota pasca taifun.

Tidak banyak yang berubah, hanya nampak sedikit genangan di taman kota. Aktivitas warga juga normal seperti biasa.

Genangan di taman kota.

Genangan di taman kota.

Daerah Ichibancho Sendai.

Daerah Ichibancho Sendai.

Di depan stasiun Sendai.

Di depan stasiun Sendai.

Selesai membeli kebutuhan, saya memutuskan untuk pulang naik kereta. Ternyata, rute kereta jurusan ke rumah tidak beroperasi hari itu. Beberapa jurusan lain mengalami keterlambatan, yang paling parah adalah tidak beroperasi karena efek badai kemarin. 😦

Pengumuman di stasiun

Pengumuman di stasiun.

wpid-dsc_2380.jpg

Keterangan keadaan rute.

Keadaan yang demikian, anehnya para penumpang tetap dalam kondisi tertib berdiri menunggu kepastian. Berdiri rapi tidak menghalangi penumpang lain yang akan masuk maupun keluar stasiun. Itulah orang Jepang!

wpid-dsc_2381.jpg

Rute ke rumah saya: kosong!

wpid-dsc_2382.jpg

Kepadatan penumpang yang baru keluar.

Ya! Orang Jepang sangat unik. Di saat kondisi tidak pasti untuk pulang ke rumah, mereka tetap nampak tenang (meski mungkin panik juga) dan yang paling penting adalah tertib! Ini yang nggak bisa saya lewatkan dari pandangan di deman mata saya. Hebat ya mereka! 🙂 Para petugas stasiun nampak sangat sibuk melayani para penumpang yang bertanya, juga dengan posisi berkali-kali menundukkan setengah badan dan mengatakan `gomen nasai` meminta maaf atas ketidaknyamanan. Duuuh… bukan salah petugas juga kaliii, hihihi… Lah ada bagai, mau gimana lagi. 😀

Saya pun meminta kembali uang dari tiket yang telah saya beli, kemudian ke luar stasiun sambil mikir gimana pulang ke rumah. Sebenarnya ada bus juga yang melewati depan rumah, tapi…. Eiji bobok, bawa stroller, dan harta karun belanjaan segambreng, plus perut yang mulai menggendut. Nggak mungkin banget naik bus! 😀

wpid-dsc_2383.jpg

Bobok nyenyaaakkk… Dia nggak tau keretanya nggak jalan! :))

Sembari menunggu Eiji bangun, saya duduk-duduk menikmati pemandangan sore di tengah kota Sendai. Harus banyak bersyukur, Sendai aman dari bencana. Alhamdulillah… 🙂

Eiji pun bangun, kami pulang menggunakan taksi sampai ke rumah. Alhamdulillah sampai dengan selamat dan sudah tenang bisa kembali ke dalam rumah. 😉

—————————————————————————————————————–

Oya, sempat terjadi kehebohan di dunia maya tentang banjir di dalam subway Jepang. Airnya jernih, jadi nampak seperti kolam renang.

Ini banjir! bukan kolam renang.

Ini banjir! Tapi lebih mirip kolam renang.

Memang benar keadaannya demikian, begitulah Jepang. Banjirnya tetap air jernih dan tidak membawa sampah. Masyarakat Jepang secara umum sangat sadar membuang sampah hanya pada gomi bako (tempat sampah), sejak kanak-kanak balita satu tahun yang baru bisa jalan sudah diajarkan membuang sampah pada tempatnya.

Jangan heran ketika main ke beberapa wilayah Jepang, misalnya di kota Sendai. Di sini nggak akan menemukan tempat sampah satu pun di tengah kota, anehnya nggak ada sampah berceceran. 🙂 Nggak ada tempat sampah tapi nggak kelihatan ada serakan sampah. Itulah orang Jepang! Sampahnya masuk tas masing-masing. 🙂

Jadi banjir di Jepang bukan karena sungai mampet atau sampah di mana-mana, tapi karena hantaman badai taifun yang yang di luar dari rencana manusia. Yuk mari, membiasakan diri sendiri dan keluarga kita untuk menyimpan dan membuang sampah hanya pada tempat sampah yang benar!

-RN-

Badai telah berlalu. Pemandangan Sendai di balik jendela rumah.

Badai telah berlalu. Pemandangan Sendai di balik jendela rumah.

2 thoughts on “Efek Taifun Etau 2015

  1. Seperti biasa mba tyas tulisannya bagus dan informatif. Kayaknya BPBD Indo harus belajar ke Jepang buat penanggulangan bencana. Ditambah lagi Dinas Tata Kota juga harus belajar dari Jepang gimana cara mengolah sampah dengan baik. Ga tercecer ke mana2.

Leave a comment