Cerita sebelumnya, klik di sini.
Tokyo, sebuah kota metropolis yang sangat padat penduduknya. Stasiun Tokyo merupakan salah satu stasiun tersibuk di dunia. Kami berada di antara kerumunan ratusan manusia di seluruh penjuru stasiun yang menuju tujuannya masing-masing. Mereka berjalan sangat cepat ke seluruh penjuru line kereta. Jika ingin berjalan dengan kecepatan lenggang kangkung, artinya siap tertabrak dari sisi mana pun. Itu bisa mengganggu orang lain, bahkan menghambat orang lain mengejar kereta tujuannya. Kalo ingin santai, silakan minggir ke area yang tidak padat. 🙂
Kami bergegas, mengikuti cara berjalan orang Jepang. Cepat dan fokus pada tujuan. Dua orang ibu, masing-masing mendorong stroller menuju ke arah central gate. Itu merupakan pintu keluar menuju Tokyo Imperial Palace. Nggak butuh waktu lama, cukup berjalan lurus, menyebrang jalan besar, maka kita akan menemukan area kediaman kaisar Jepang. Sesaat sebelum meninggalkan stasiun Tokyo, kami menyempatkan diri untuk mengambil poto stasiun yang kini sudah kembali megah seperti bentuk aslinya. Dulu sempat hancur karena perang dunia.
Matahari bersinar cerah, bunga-bunga mulai bermekaran. Alhamdulillah, musim semi telah datang. Sepanjang perjalanan menuju Tokyo Imperial Palace, ada beberapa bunga menghiasi pinggiran jalan. Sangat cantik!
Saya sudah beberapa kali mampir ke sini, namun ada satu tempat yang penasaran nggak ketemu setiap kali maen ke sini. Nijubashi bridge! Ya, sebuah jembatan yang sudah ada sejak jaman Edo, dahulu kala. Kali ini pokoknya harus ketemu! 😀 Setelah masuk komplek Imperial Place, kita akan disuguhi pemandangan halaman sangat luas, rumput yang tertata, dan tidak ada sampah satu pun kecuali sampah biologis burung yang terbang di atasnya. 🙂 Eh, di depan sana sudah nampak salah satu gerbang rmah kaisar. Mari kita lihat!
Tujuan utama adalah mencari jembatan Nijubashi. Nggak usah lama-lama memandangi rumah kaisar, kami bergegas belok ke kiri mencari petunjuk arah si jembatan.
Yey! Akhirnya kami menemukannya. Misteri sudah terpecahkan, rasa penasaran sudah terjawab! *lol* Pojok itu selalu ramai oleh turis segala penjuru dunia, saking terkenal dan sangat bersejarah, katanya. Saya harus mencari posisi yang paling pas agar bisa mengambil gambar si jembatan tanpa ada pemandangan turis yang tertangkap kamera saya. Setelah mencari beberapa saat, akhirnya saya berhasil. Yey! *kegirangan* Meski nggak bawa kamera DSLR, tapi saya cukup puas dengan hasil kamera hape. 😀 Mungkin puasnya karena berhasil ketemu dengan si jembatan, setelah beberapa kali mencoba mencarinya. *lol*
Obat penasaran sudah ketemu. Mari mengambil gambarnya dari posisi lain 😉
Hari makin siang, kerumunan turis makin padat. Kami segera menuju ke petualangan selanjutnya. Yokohama, kami datang!!! 😀
-RN-
Pingback: Jalan-Jalan 2015: Sendai, Tokyo, Yokohama, Kawasaki. | Pojok Cerita
Pingback: Jalan-Jalan 2015: Hara Model Railway Museum | Pojok Cerita
Hai Mba tyas 🙂
Beruntung banget ya bisa foto jembatan tanpa orang di dalam frame nya 😉
salam kenal 😉
Halo mba Melly…
Alhamdulillah, pas sedikit sepi sejenak. 😀
Salam kenal juga 🙂