Eiji Kena Cacar Air

Kamis, 3 September 2015

Siang itu kami sedang berkunjung ke rumah teman. Udara yang panas, membuat Eiji nampak tidak secerah biasanya. Sesampainya di sana, dia nggak mau minum, memilih melahap pear satu buah sampe habis. Tidak berapa lama, dia ketiduran. Saat bangun nampak lemas, ternyata suhu badannya naik tiba-tiba. Eiji demam!

Saya pun berpamitan, mau langsung ke rumah. Ternyata Eiji nggak mau langsung pulang, akhirnya mampir dulu ke coop Miyagi untuk membeli bahan-bahan udon sesuai permintaan Eiji. Turun dari taksi di depan rumah, Eiji nampak lemas sekali. Nggak biasanya dia begini. Masuk ke dalam rumah, dia langsung nungging merebahkan diri di lantai. masih pakai sepatu komplit. Nggak biasa pokoknya! 

Sambil mengganti bajunya,

Saya tanya: `Eiji sakit?`

Jawabnya: `Iya, Eiji sakit perut.`

Nggak berapa lama setelah itu dia langsung tertidur di kamar. Malam harinya, saat bangun wajahnya lebih segar. Masih demam, namun nggak selemas tadi. Malam itu demamnya sekitar 38.5-38.9. Alhamduillah mau makan dan minum lumayan banyak. Saya selalu mengatakan, kalo demam harus banyak minum biar sakitnya keluar bareng pipis. Eiji sangta paham hal itu. Jadi belum perlu obat penurun panas, asalkan si anak tetap mau makan dan minum banyak.

Jumat, 4 September 2015

Pagi harinya demam sudah berangsur membaik, suhunya di kisaran 37-37.5. Eiji sudah ceria, nampak jauh lebih sehat dibanding siang hari kemarin. Siang harinya, mulai muncul bintik berair di tangan. Saya periksa bagian tubuh yang lain, ada di belakan tengkuk juga. Mulai curiga mungkin ini cacar air. Anaknya sudah biasa aja, nggak demam, dan nggak terlihat lemas. Saya masih mengobservasi perkembangan si bintik-bintik itu. Makan, minum, dan aktivitas nya berjalan normal.

Malam harinya si bintik mulai muncul di pipi dan jumlahnya bertambah di tangan. Ciri-ciri cacar air/chickenpox/mizu bosho makin jelas. Saya memutuskan untuk merawat sendiri di rumah, nggak dibawa ke dokter. Pertimbangannya, kondisi Eiji nampak sehat, hanya terlihat bintik cacar; jika dibawa ke klinik dokter anak maka risiko menularkan ke bayi dan anak-anak lain sangat besar. Kedua, berhari-hari di Sendai hujan lebat dan dingin. Karena saya dan suami sudah pernah kena cacar air, nggak khawatir akan tertular. InsyaaAllah si janin juga akan baik-baik saja karena sudah masuk 20 minggu lebih. 🙂

Jumlah bintiknya nggak banyak. Alhamdulillah tetap aktif selama terkena cacar air.

Jumlah bintiknya nggak banyak. Alhamdulillah tetap aktif selama terkena cacar air.

Hari ketiga

Bintik cacar air nampaknya semua sudah muncul. Perawatan yang saya lakukan:

  1. Orangtua harus tenang saat merawat anak yang sedang sakit
  2. Eiji rajin mandi dengan air hangat untuk mengurangi gatal dan membersihkan luka agar tidak ada bakteri nempel di sana.
  3. Sering mengganti semua baju yang ia kenakan
  4. Sering mengganti alas tidur
  5. Memberi banyak asupan buah bervitamin C tinggi, minuman, dan makanan berprotein tinggi
  6. Memberi air madu dan susu untuk pemulihan stamina
  7. Merawat bintik cacar air dengan menaburkan bedak caladine agar mengurangi gatal.

Saat terjaga Eiji bisa disuruh menahan diri agar tidak menggaruk si cacar air. Saya tahu pasti itu sangat gatal. Alhamdulillah Eiji nurut, tiap kali gatal minta mama untuk memberikan bedak di tempat gatalnya. 😀 Masalahnya tidak di sini, saat tidur dia nggak sadar menggaruk. 😦 Itu yang nggak bisa ditahan, yasudahlah… bagian tangan yang kena cacar air bertambah jumlahnya. Alhamdulillah muka, badan nggak banyak, hanya sebagian di kaki. 🙂 jadi paling parah di punggung tangannya.

Hari keempat

Cacar air sudah mulai mengering, artinya sudah tahap pemulihan. Sampai sekarang hampir 90% sudah kering, tinggal menjaga luka bekas luka. Semoga dia nggak tergoda untuk garuk-garuk, meski gatal banget. 😀 Oya, selama keluar cacar airnya kondisi Eiji nampak sehat, tetep rajin makan dan minum, aktivitas mainnya juga tetap aktif. Cuma diperam main di dalam rumah.

Menurut saya, cacar air Eiji nggak parah karena sebelumnya Eiji sudah divaksin varicella sebanyak 2x saat umur setahun. Proteksi vaksin ini sebesar 90%, sisanya kalo pun terkena cacar air insyaaAllah nggak parah, cepat sembuh, dan tidak berisiko komplikasi. Ternyata benar, demamnya nggak lebih dari sehari. Selama muncul bintik, anaknya juga nampak sehat. Selama proses pemulihan, secara fisik nggak lemas dan tetap aktif; hanya saja beberapa bagian kulit ada bintik-bintik cacar air. 🙂

Hal ini sangat berbeda dengan saya dulu. Saya diperam sampai 2 pekan di dalam rumah. Demamnya sekitar 3 hari, bintiknya banyak, lemas, mual, dan ga nafsu makan.

Artinya, vaksin itu sangat penting demi aset kesehatan sepanjang hidup. 🙂 Jika kita ingin anak jarang sakit dan nggak parah saat sakit, maka salah satu usaha adalah rajin memberikan vaksin/imunisasi sesuai tahapan usianya.

Salam hujan dari Sendai,

-RN-

2 thoughts on “Eiji Kena Cacar Air

Leave a comment