Kehebohan di Hari Jumat

Rencana awal, akan ada tamu berkunjung ke rumah kami. Pagi itu saya sedang sibuk di dapur dan Eiji (katanya) `mau bantu mama` dengan kebiasaanya nge-vacuum ruangan. Saya asik memotong daging, tiba-tiba di ruang sebelah terdengar Eiji menangis. Biasanya, tak lama kemudian berhenti kemudian dia akan mencari saya dan mengatakan `peluk mama`. Namun berbeda untuk kali ini, kenapa kok makin kenceng dan nggak ke sini? (pikir saya). Saya pun menghampirinya. Belum sampai ke tempat itu, dia sudah bangun dan lari memeluk saya. Masih sambil menangis, saya tanya kenapa.

Eiji jawab cuma `peluuukk mamaaaa`, saya pun memeriksa apa yang terjadi. Setelah dia lepas dari pelukan, saya mendapati luka benjol besar di dahi sebelah kanan dan keluar darah di sana. Astaghfirullah…

Saya tanya `Eiji kun sakit?`

`Sakit.` jawabnya singkat.

Lantas dia melanjutkan `Eiji kun jatuh.`

Dia pun meminta saya kembali memeluknya.

Oke, saya harus tenang. Segera saya ambil kain bersih dan air dingin untuk menyeka darah agar benjolan tidak semakin bengkak. Kemudian mematikan kompor, menelepon beberapa teman untuk membatalkan janji ketemuan ke rumah. Menelepon untuk memastikan beberapa kosa kata dalam bahasa Jepang agar bisa detail dalam menjelaskan. Lantas segera ganti baju dan menyiapkan Eiji untuk pergi ke dokter anak. Biasanya ketika anak terjatuh, saya hanya memeriksa dan melihat apakah perlu ke dokter atau tidak. Kali ini karena benjolan nampak besar, berdarah, dan Eiji mengatakan sakit, maka saya bergegas ke dokter untuk memastikan apakah berbahaya atau tidak. Pastinya benturan itu cukup keras sampai membuat benjolan besar di dahinya.

Saat itu saya tidak menelepon ayahnya, hari itu si ayah berangkat lebih pagi dari biasanya karena ada jadwal laporan di lab. Saya pikir, takut membuat tidak konsentrasi dengan pekerjaan di kampus. Ya sudah, saya putuskan semuanya beres dulu baru nanti di rumah mengabari ayahnya.

Saya memutuskan berangkat tanpa membawa stroller agar lebih cepat naik dan turun dari taksi. Di luar salju sedang turun, belum tebal namun lumayan deras. Alhamdulillah kami menemukan taksi setelah berjalan sekitar lima meter dari rumah. Di dalam taksi, kakek sopir taksi (kebanyakan sopir taksi di sini sudah cukup tua/pekerjaan setelah pensiun) sempat ngobrol sebentar.

Sakit demam? tanyanya.

Nggak, jatuh kena lantai. Ini. Sambil saya tunjuk lukanya.

Ahh… kasian, katanya.

Ibu orang Indonesia? tanyanya.

Iya. Jawab saya. (Mungkin sudah pernah dapat penumpang orang Indonesia, atau saya pernah naik taksi ini sebelumnya. :D)

Sudah berapa lama di Jepang? dan seterusnya.

Kesimpulannya, alhamdulillah dapat taksi yang ramah dan baik. Beberapa menit kemudian sudah sampai di klinik dokter anak langganan Eiji.

Alhamdulillah tidak banyak pasien dan bisa segera ditangani. Saya sampaikan kronologis kejadiannya. Selang satu pasien, Eiji dipanggil masuk kemudian dokter memeriksanya. Hasilnya alhamdulillah memar yang tidak berbahaya. Cukup diberi resep pelembab antibiotik untuk dioles ke bekas luka yang keluar darah agar tidak infeksi. Bengkak dan memar nanti akan berangsur pulih. Alhamdulillah… Tidak perlu khawatir. 🙂

Salju semakin deras, kami mampir ke rumah teman karena ada janji sebelumnya. Sambil menunggu salju reda, namun ternyata tak kunjung reda. Alhasil, Eiji sempat main di tengah salju tebal. Dia sudah lupa dengan sakitnya. 😀 Sampai rumah sudah kembali ceria dengan membawa cerita bermain salju bersama teman-temannya. 😀

wpid-wp-1422647338871.jpegwpid-wp-1422647287516.jpeg

wpid-wp-1422647178515.jpeg

wpid-wp-1422647369125.jpeg

wpid-wp-1422647346500.jpeg

wpid-wp-1422647205150.jpegwpid-wp-1422647245674.jpeg

*Untuk foto-foto yang lain, silakan follow akun instagram: tyasmomiji. 😉

Hikmah dari kejadian ini, sebagai ibu:

  1. harus tenang dalam kondisi apapun
  2. fokus dan mengerjakan yang paling darurat
  3. atur rencana selanjutnya dengan cepat
  4. lakukan satu persatu dengan tenang
  5. sabar dan berdoa.

Begitulah kehebohan bersama anak, penuh kejutan, yang terkadang di luar dari perkiraan kita. 😀

-RN-

Leave a comment