Pengalaman Naik Etihad

Setelah suami kembali ke Jepang, saya dan Eiji tinggal di Bandung untuk menunggu perjalanan selanjutnya. Kali ini tujuan kami ke Munich. Saya, Eiji, dan mamah (ene`nya Eiji) berangkat tanggal 3 Oktober 2013 jam 01.45 WIB menuju Abu Dhabi. Saat check in mendapat prioritas tidak ikut antrian karena membawa bayi (dikasih tau bapak-bapak porter Soekarno-Hatta, makasih Pak!), karena sebelumnya kami ngantri juga. Kebetulan antriannya supeeerrr panjang karena bareng dengan rombongan tenaga kerja Indonesia. Saat pemeriksaan sebelum masuk pesawat (nggak tau kenapa diperiksa lagi, apa karena bareng rombongan tenaga kerja?) pun antrian mengular, datang mas-mas yang bilang kalo kami bisa langsung ke depan karena bawa Eiji. Alhamdulillah. 🙂

6

Menggunakan maskapai Etihad dengan tipe pesawat Boeing 777-300ER. Pesawat ini setipe dengan milik Garuda yang biasa dipake untuk penerbangan ke Narita. Lumayan luas dan nyaman. Masuk pesawat disambut dengan pramugari yang super ramah, khas wajah timur tengah. Kami mendapat tempat duduk di deret tengah, baris paling depan. Susunan tempat duduknya terdiri atas empat kursi. Saya, mamah, kosong, dan satu lagi diisi oleh ibu dengan membawa anak sebaya Eiji. Sempat kenalan dengan ibu itu, dia berasal dari Maroko dan sekarang tinggal di Jakarta. Saat semua penumpang sudah masuk, pramugari menawarkan kepada ibu Maroko apakah mau pindah ke kursi kosong, agar lebih nyaman dan leluasa. Ibu itu pun memilih ke pojok dekat jendela. Artinya, satu baris (empat kursi) bisa kami tempati. Alhamdulillah… jadi lebih luas dan nyaman! 😀 Perjalanan Jakarta-Abu Dhabi yang cukup panjang. Sebenernya Etihad menyedian beberapa fasilitas, seperti nonton film, dll (komplitnya bisa buka di web Etihad), tapi karena bawa juragan Eiji ya lain ceritanya. 😀 Eiji belum mau bobok sampe pesawat mulai terbang, barulah bobok saat semua lampu mati. Fiuhh… dini hari loh baru boboknya! Ketika sudah siap terbang, diputarkan bacaan doa naik kendaraan. *Makasih Ser, udah ditambahin yang terlewat 😉 Setelah terbang stabil, kurang lebih 30 menit – 1 jam di udara, tawaran cemilan datang. Ada pilihan sandwich dan mie instan (tepatnya pop mie). Saya pilih sandwich, lumayanlah buat ganjel perut tengah malam. 😀 Minumannya standar, aneka jus, air mineral, softdrink, teh, kopi, alkohol. Menu utama disajikan sebagai sarapan pagi. Makanan bayi juga disediakan, tapi kalo mau lebih cocok di lidah anak-anak kita lebih baik bawa sendiri. 😉 Oya, untuk makanan mereka jamin 100% halal. Tapi kalo minuman enggak loh ya, jadi jangan salah pilih. 😀 Perjalanan selama 8 jam 5 menit alhamdulillah lancar. Kami sampai di Abu Dhabi pagi hari sekitar jam 9 (waktu sana). Etihad menyediakan jasa nanny (pramugari khusus untuk membantu ibu yang membawa anak). Para tante nanny ini berseragam orange dan ramah banget ke anak-anak. 🙂

khas nya bandara Abu Dhabi adalah langit-langit biru berbentuk jamur.

khasnya bandara Abu Dhabi adalah langit-langit biru berbentuk jamur.

Transit sekitar 2.5 jam, kami bergegas pindah terminal. Oya, kalo nggak yakin dengan terminal yang tertulis di tiket lebih baik tanya ke bagian informasi bandara. Soalnya waktu kemaren ada peubahan terminal untuk tujuan ke Munich. Keterangan komplit tentu ada di websitenya, silakan buka di sini. Bandara ini salah satu bandara super sibuk di dunia, segala bangsa, ras, warna kulit ada di sana. Pagi-pagi sudah sangat rame di sana. Untuk transit yang singkat, lebih baik fokus dulu cari terminal dan gate, barulah cari kamar mandi *kecuali kalau sudah tidak bisa ditahan. Biar tenang nggak ketinggalan pesawat. 😉 Bandara ini super gedhe, jadi sejak turun dari pesawat dan selama di bandara, Etihad menyediakan stroller berwarna orange mencrang (seperti yang dipake Eiji di atas) yang digunakan untuk penumpang dengan bayi/balita. Kebayang gimana kalo harus gendong sampe gate selanjutnya yang jauh dan pindah terminal, bisa pegel semua badan. 😀

Okey! Saatnya antri masuk pesawat. Pemeriksaannya lebih ketat dari yang pernah saya alami sebelum-sebelumnya. Bahkan kami semua diharuskan melepas alas kaki, kecuali yang pake sandal jepit. Wow! Biasanya kan logam, ikat pinggang, jam tangan, yah masih wajarlah… tapi untuk tujuan ke Munich berbeda. Nah yang repot itu yang pake perhiasan, apalagi banyak. Berulang kali detektornya bunyi, berulang kali pula harus bolak-balik. Padahal banyak banget turis yang (mungkin) belanja banyak perhiasan di sana. Repot deh! Untungnya saya cuma lepas sepatu aja, nggak kebayang kalo berulang kali bunyi dan bolak balik sambil gendong Eiji. Fiuhh!

Beres urusan itu, kami masuk pesawat. Seperti biasa disambut dengan pramugari dan pramugara yang ramah. Terbang dengan pesawat Airbus A330-300, ukurannya lebih kecil dari Boeing jadi lebih sempit. Duduk masih di barisan tengah, kali ini sebelah kami kosong tapi ada penumpang lain yang pindah ke kursi itu jadi empat kursi penuh. Nah, karena sudah siang maka si Eiji bangun dan dia heboh nyapa-nyapa pramugari-pramugara yang stay di kanan kiri. Wiidiiihhh…. Dia berulang kali bilang `alooo aloo` sambil senyum ke mas pramugara dan mbak pramugari. Untungnya mereka ramah, jadilah sapaan Eiji dibalas dengan obrolan yang bikin Eiji makin sibuk dan itu sepanjang perjalanan loh. Cuma berhenti saat Eiji tidur dan makan. 😀 Weleh-weleh… anak guweh! Ibu sebelah kami pun tak luput diajak ngobrol oleh Eiji. Awalnya saya sungkan karena takut mengganggu kan ya, apalagi bule kan suka tenang. Untungnya si ibu itu juga ramah. Oya, nenek bule belakang kursi Eiji juga dia ajak ngobrol. Ohhh… bayi guweh! 😀 Ini gen ramah berlebih dari mana dapatnya. Oya, makanan di pesawat kali ini diawali dengan menu utama barulah snack saat akan mendarat. Eh tapi, ada beberapa menu yang keburu habis, jadi ya sudahlah kalo nggak sesuai pilihan kita (kemaren lamb yang habis). 😦 Alhamdulillah penerbangan lancar, kami mendarat di Munich tengah hari sekitar jam satu siang. Sebelum lewat imigrasi, urusan Eiji diberesin dulu. Yap tentu saja ke kamar mandi untuk ganti popok, dll. Karena agak lama jadi ketemu dengan rombongan awak pesawat yang kami naiki. Beberapa awak yang ngobrol dengan Eiji tentu masih ingat dengan anak yang satu ini. `Hello nice baby!` gitu katanya…. Alhamdulillah, untungnya mereka nggak terganggu. 😀 Keluar imigrasi, ambil bagasi, lantas di luar sudah dijemput oleh teteh Nadin, teteh Maryam, dan aa Liiiigaaaarr. Ruameee!! 😀 Ouhh, Munchen sudah sejuk ternyata! Selamat datang musim gugur di Jerman!! 😉

Selamat datang di Munich!

Selamat datang di Munich!

Alhamdulillah beres, selanjutnya nanti cerita hidup di Munchen selama satu bulan. InshaAllah… Sudah jam 01.30 di sini, saatnya memejamkan mata. 😉

#selalu baru sempat blogging di tengah malam menuju dini hari.

-RN-

8 thoughts on “Pengalaman Naik Etihad

  1. Haloo Mbaa,
    Menarik baca blognya, saya Tiwi, nanti juga akan transit di AUH Januari nanti, pada waktu transfer penerbangan setelah dari imigrasi perlu ambil bagasi ya ga kalo bawa bagasi? Atau sudah dipindah otomatis sama Etihadnya? Trims.

  2. Halo Mb Rena salm kenal,sangat menarik blognha😊 kebetulan tgl 18 maret ini saya juga naik eithad ke Italy hehehe agak nervous juga sii karena ini penerbangan 1 saya ke eropa😁

  3. Pingback: Pengalaman Hidup di Jerman | Pojok Cerita

Leave a comment