Pengalaman Hidup di Jerman

Sendai, 15 Juli 2018

Kami pernah tinggal di Munich (Muenchen), Jerman selama kurang lebih satu bulan pada tahun 2013. Sudah lima tahun berlalu, baru sempat menuliskannya hari ini. 😀 Sambil mengingat kembali foto-foto Eiji saat berumur satu tahun. MasyaaAllah… 🙂 

Penerbangan ke Muenchen menggunakan pesawat Etihad. Dari Jakarta transit di Abu Dhabi. Cerita komplitnya ada di sini. Sesampainya di bandara Abu Dhabi, kami dijemput  dan tinggal di rumah keluarga. Terima kasih Uwa... Saat itu Muenchen sedang bersiap menghadapi musim gugur. Belum dingin, namun lebih cepat dingin dari Sendai. Beberapa daun mulai menguning. Cantik!

3

Siap berangkat dari bandara Soekarno Hatta.

 

Muenchen adalah kota di Jerman tempat tinggal keluarga pak Habibie. Beliau memiliki rumah di komplek terkenal di Jerman. Saat itu, tahun 2012 sedang hitss film Ainun dan Habibie. Tempat syuting film di Muenchen menjadi salah satu objek wisata. Memang cantik! Nanti kita bahas lagi. 🙂

Transportasi

Jerman memiliki 4 jenis pilihan transportasi, antara lain: S-Bahn (kereta biasa), U-Bahn (kereta bawah tanah), bus kota, dan tram. Tiketnya bisa berlangganan bulanan, tiket turis harian, atau tiket biasa.

Tram sedang melintasi kota.

This slideshow requires JavaScript.

Suasana di dalam U-Bahn.

Halte

57

Makanan

Mudah untuk mendapatkan makanan halal. Ada supermarket halal milik orang Turki. Di mana-mana mudah ditemukan restoran kebab, banyak pilihan. Selain itu, di supermarket biasa pun banyak dijual daging halal, baik sosis, ayam, salami, dan produk olahan lainnya. Misalnya di REWE (nama supermarket), selama di sana kami belanja di sini. Wortel, labu kuning, dan sayuran lainnya ntah kenapa ukurannya bongsor? Seperti orang Jerman. Wkekekk…. Beda banget labu kuning (kabocha) di Jerman dan di Jepang, ini gede banget! Apa mungkin tanaman pun menyesuaikan kebutuhan penduduknya? Jadi tanaman orang Asia cenderung mungil dibandingkan tanaman orang Eropa. Haha… Entahlah! Yang pasti bedanya ekstrim banget. Sayang nggak punya fotonya.

Restoran Kebab.

Swalayan Turki

Menjual semua kebutuhan daging halal, roti khas Turki, buah-buahan, dan semua bahan halal lainnya. Imigran Turki sangat banyak di Jerman. Mereka sudah tinggal puluhan tahun di sini, sudah berkewarganegaraan Jerman. Itulah mengapa sangat mudah ditemui restoran kebab dan barang-barang halal di sini karena jumlah muslim lumayan banyak.

 

Toko Asia

Selain belanja di REWE dan supermarket Turki, kami juga banyak belanja di Toko Asia. Toko Asia menyediakan berbagai macam bumbu dan bahan makanan asal Asia, termasuk Asia tenggara. Jadi, bumbu pawon pun ada! 😀 Di sini harga tempe lebih murah daripada di Jepang. Tempe didatangkan dari Belanda. Yang pasti enak dan murah. Haha… Di Jepang kalo pengen tempe enak dan segar, harus bikin sendiri. 😀 Seperti di Jepang, bahan-bahan asal Thailand, Vietnam, dan China banyak di jual di sini. Eh… Nori juga ada lho! Mie instan sudah pasti ada banyak! 😀

Masjid/Islamic Center

Ada Islamic Center di sini, tempatnya di sebuah gedung apartemen bersusun. Menjadi pusat kegiatan TPA dan tempat diselenggarakannya solat Eid.

 

Tata kota

Pemerintah Jerman mempertahankan bentuk asli bangunan tua. Jadi nuansa kota tua dan bangunan-bangunan tua, klasik sangat terasa di kota ini. Cat-cat gedung tua dibiarkan seperti aslinya, berwarna suram; padahal selalu dirawat. Bahkan katanya ada bangunan apartemen yang sengaja dijaga keasliannya, jadi tidak diberi elevator. Alamaakkk! Tapi tinggi bangunan di sini tidak lebih dari lima lantai. Syukurlah! 😀

Sebagian gambar kota Muenchen.

This slideshow requires JavaScript.

Hutan kota.

Hutan kota dibiarkan tetap asli. Warga banyak beraktivitas di dalamnya. Sejuk! Benar-benar hutan rimbun di tengah kota. Aktivitas bersepeda, jogging, jalan kaki, wisata keluarga dilakukan di sana. Orang Jerman sangat suka olahraga alam, jalan kaki, dan menikmakmati alam. Jadi di tengah kota besar pun hutan dibiarkan apa adanya, terawat dengan baik.

 

This slideshow requires JavaScript.

Karakter orang Jerman.

Secara umum mereka cuek, nggak pake basa-basi. Jadi kalo terbiasa dengan pelayanan ala di Jepang yang penuh basa basi, senyum, dan sapa; maka di sini sebaliknya. 😀 Jangan dimasukin ke hati! Haha… Wajahnya nampak jutek-jutek gitu, mereka ngomong kalo berkepentingan untuk ngomong. Wkekekk… Sangat berbeda dengan orang timur. 😀

Pengalaman hidup sebulan di sana lumayan bikin tambah wawasan baru bagaimana beradaptasi dengan situasi, budaya, dan kebiasaan yang berbeda dari hari-hari biasanya. 🙂 Sementara cukup sekian cerita tentang Muenchen. Kapan-kapan disambung lagi InsyaAllah!

Beginilah kehidupan! Aahh apa pula ini? Yang pasti harus bisa beradaptasi tinggal di mana pun. Ya kan? 🙂

Salam,

-RN-

Leave a comment