Rapat Sekolah

Selasa, 4 Juli 2018

Pagi itu lumayan padat merayap. Setelah urusan bikin bento dan nyiapin Eiji sekolah, usai; berlajut ke klinik dokter kulit. Klinik itu selalu rame bahkan 30 menit sebelum di buka, orang-orang sudah antri di depan pintu. Kami datang sesaat setelah klinik dibuka. Sesuai dugaan, sudah ramai  di dalam. Saya dan Yoshi periksa barengan. Kalo saya sih masalah simpel! Siapa lagi kalo bukan jerawat. Sudah bukan ABG, sudah lama nggak jerawatan. Sebulan palingan sebiji munculnya. Namun kali ini dia datang nggak sendirian, lumayan mengganggu! 😦 Dokter menyuruh untuk diet stop makanan manis, berminyak, dan tidur cukup. Nah, bagian tidur cukup ini yang saya nggak bisa. Musim panas adalah musim di mana tidur makin larut dan bangun makin pagi. Subuh jam DUA lebih, Maghrib jam TUJUH lebih. Jam 5 pagi sudah terang benderang seperti panasnya jam9-10 di Indonesia. Nggak enak buat tidur lagi. Musim panas yang kelembabannya sangat tinggi, lengket, gerah, panas, dan ditambah kurangnya jam tidur. Komplit! Itulah pemicu munculnya tamu-tamu tak diundang. Semoga cocok dengan obat dari dokter.

Selanjutnya, mampir ke supa depan klinik. Balik ke rumah taruh belanjaan dan istirahat sebentar, kemudian berlanjut menggowes ke sekolah Eiji. Naik turun tanjakan! Hahaha… makin setronggg pokoknya. 😀 baca selanjutnya

Gempa Jepang 11 Maret 2011: Catatan Harian 1

Gempa Jepang 11 Maret 2011: Catatan Harian 1

Jum’at, 11 Maret 2011 

Pusat gempa Miyagi 11 Maret 2011

Pagi itu adalah hari pertama suami kembali bekerja di kampus setelah semalam mendarat di bandara Sendai. Seperti biasa, kami bergegas dengan aktivitas masing-masing, suami berangkat ke lab sedangkan saya pergi ke tempat kursus bahasa karena hari itu merupakan hari kelulusan dan perpisahan dengan teman-teman kursus.

Acara kelulusan dimulai pukul 10.00-12.00 JST. Saya dan bu Dhina adalah dua orang dari Indonesia, sedangkan teman-teman kami berasal dari berbagai negara. Acaranya meliputi penyerahan ijazah kelulusan, presentasi/penampilan berbagai negara, kuis, dan diakhiri makan bersama. Seluruh peserta membawa makanan khas negara masing-masing. Kami dari Indonesia memutuskan untuk membuat wajik. Wajik inilah kami promosikan sebagai “mochi”nya orang Indonesia. Ya tidak terlalu mirip sih dengan mochi nya orang Jepang, tapi bahan dasarnya sama-sama dari beras ketan kan.. 😀

Kami saling bertukar makanan dan cerita, tentu saja kami memakan yang halal untuk kami makan. Kebetulan para sensei kami telah banyak bertanya dan mengerti tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh kami makan, maka para sensei kami menyajikan makanan yang berbahan halal. 🙂

Tepat pukul 12.00 JST acara selesai.

Continue reading